Kamis, 15 Desember 2016 |

Wisuda Karimah


Aku menatap wajah itu penuh bangga. Topi toga masih bertengger di kepala gadis itu ketika aku dan dia berpapasan tak sengaja.

“Assalamua’laikum.... Teteh barokallah” sapaku padanya saat kita bertemu dan saling berjabat tangan. “walaikumsalam... aamiin teh, jazaakillahu khair” ungkapnya dengan penuh keramahan. Maka kitapun refleks berpelukkan. Kemudian ku serahkan pula setangkai bunga berwarna biru muda yang terbuat dari kain planel.

“MasyaAllah... warna bunganya ternyata selaras dengan baju yang teteh pakai”ungkapku padanya. “Ia... MasyaAllah. Dan ini kita juga serasi” ucapnya sambil menunjuk jilbabku dan jilbab yang dia kenakan. Ternyata memang benar bahwa hari itu kita memakai kerudung yang warnanya sama yaitu hijau toska pastel. Lalu kami terhanyut dalam senyuman bersama.

Hingga tak banyak perbincangan diantara kita, karena saat iru dia yang hendak mencari keluarganya dan aku yang harus segera pulang ke asrama menemui sahabat lain yang juga wisuda hari ini. Maka siang itu kitapun berpisah, meski sebenarnya dia mengajakku untuk bergabung di acara kelasnya namun aku sungkan untuk menerima tawaran itu.

Karimah, sebutlah namanya. Gadis asal kota para wali yang siang tadi wisuda itu sangat terkenal dengan kelembutannya. Bagaimana tidak tutur katanya, nada suara, senyuman dan sikapnya penuh dengan kesantunan. Hingga aku pun merasa telah jatuh cinta pada perangainya ketika kami berjumpa pertama kali dalam sebuah kajian di akhir tahun 2012.

Aku yang saat itu mendapati ada kajian di balik hijab mesjid sangat penasaran dengan ilmu yang diberikan sang pemateri lalu kudapati ada seorang gadis yang sedang menyimak dibalik hijab. Kudekati dan kusapa dia hingga akhirnya kami berkenalan kemudian aku bertanya-tanya tentang kajian yang diikutinya lalu dia pun menjelaskan dengan penuh kesantunan. Sampai-sampai aku berfikir bahwa inilah pertama kalinya mendapati perempuan seramah dan selembut dia. MasyaAllah....

Hari-hari selanjutnya kamipun rutin bertemu seminggu sekali sebagai mustami’i dalam kajian yang rutin diadakan hari ahad tersebut.
Semakin mengenal semakin tak diragukan ke-sholehahan Karimah, sesuai dengan namanya diapun memiliki akhlak yang mulia. Bukan hanya akhlak dan kesantunan diapun ternyata memilki prestasi luar biasa khususnya hari ini yang mana Karimah bisa menjadi mahasiswa terbaik se-fakultasnya. Padahal dia berkuliah di jurusan Internasional namun tak pernah sedikitpun menunjukkan ke-aku’an dengan prodi yang dipilihnya apalagi sekarang dengan prestasinya dia tetap saja merendah dan memuji Allah.

Di grup whatsapp pun ramai teman-teman mengucapkan kebanggaan dan selamat serta memujinya atas predikat sebagai mahasiswa terbaik, namun semuanya dia balikan dengan balasan doa kembali juga ia memohon agar hatinya bisa terjaga.

Mari kita belajar dari Karimah tidak hanya dari sisi kelembutan dan prestasi namun juga kesabarannya yang luar biasa. Betapa MasyaAllah semenjaknya dia bergabung di pesantren 6 bulan yang lalu maka akupun tahu kalau ternyata dia sering mengalami vertigo hingga sering sakit-sakitan selama di asrama. Namun tak pernah sedikitpun ia mengeluhkan rasa sakitnya, padahal aku tahu kalau vertigo itu sangat menyiksa.

Suatu hari ketika aku bertemu denganya di mesjid dan dia dalam keadaan sakit dia hanya berkata “mohon do’anya ya teh semoga saya bisa sabar dan semoga sakit ini bisa jadi penggugur dosa-dosa saya” dalam hati aku hanya bisa menangis mendengarnya karena sebatas yang aku lihat dan sepanjang perkenalan kami, dosa-nya sedikit. Dan betapa sabarnya sungguh luar biasa.

Tak hanya ujian dalam kesehatan, sabarnya pun telah terbukti melalui kisah tidak jadinya dia menikah dengan seorang ikhwan. Sedikit kisah cinta Karimah. Sebenarnya Karimah tak ingin jatuh cinta pada ikhwan itu meskipun ada rasa kagum ia tetap sekuat tenaga menjaga dirinya untuk tidak berkaitan dengan ikhwan yang juga ustadz tersebut. Namun tanpa diduga ibunda dan adik sang ustad sangat menyukai Karimah dan sempat mengungkapkan padanya bahwa mereka ingin agar Karimah menjadi bagian dari keluarganya. Tentulah Karimah senang dengan kabar tersebut, tapi ia tak menujukkan perasaannya dengan ekspresi berlebihan juga berusaha agar tidak berharap berlebihan. 

Namun apa mau dikata, ternyata mereka tidak berjodoh. Karena diluar dugaan ternyata sang ustad telah memilki pilihan sendiri. Meski begitu Karimah pernah bercerita padaku bahwa ia tak begitu kecewa atau bersedih akan kejadian itu karena ia sangat yakin bahwa ini adalah rencana terbaik dari Allah.

Semenjak itulah aku pun selalu menjadikan ia tempat konsultasiku mengenai kagum, cinta, dan pernikahan. Maka nasihat-nasihatnya selalu menyejukkan hatiku. Seperti tentang memilih pasangan ia ingatkan bahwa hidup hanya sebentar hanya sementara jadi tak perlu neko-neko dalam memilih yang terpenting adalah mencari imam yang beraqidah lurus, berpengetahuan islam yang cukup dan berakhlak baik.

***


Semoga Allah senantiasa menjagamu Karimah.aamiin...
HAPPY GRADUATION....



Elfatunnisa Faridah for #30DWC day's 15

0 komentar:

Posting Komentar