Aku menatap wajah itu penuh bangga. Topi toga masih bertengger di kepala gadis itu ketika aku dan dia berpapasan tak sengaja.
“Assalamua’laikum.... Teteh barokallah” sapaku padanya saat
kita bertemu dan saling berjabat tangan. “walaikumsalam... aamiin teh,
jazaakillahu khair” ungkapnya dengan penuh keramahan. Maka kitapun refleks
berpelukkan. Kemudian ku serahkan pula setangkai bunga berwarna biru muda yang
terbuat dari kain planel.
“MasyaAllah... warna bunganya ternyata selaras dengan baju
yang teteh pakai”ungkapku padanya. “Ia... MasyaAllah. Dan ini kita juga serasi”
ucapnya sambil menunjuk jilbabku dan jilbab yang dia kenakan. Ternyata memang
benar bahwa hari itu kita memakai kerudung yang warnanya sama yaitu hijau toska
pastel. Lalu kami terhanyut dalam senyuman bersama.
Hingga tak banyak perbincangan diantara kita, karena saat
iru dia yang hendak mencari keluarganya dan aku yang harus segera pulang ke
asrama menemui sahabat lain yang juga wisuda hari ini. Maka siang itu kitapun
berpisah, meski sebenarnya dia mengajakku untuk bergabung di acara kelasnya
namun aku sungkan untuk menerima tawaran itu.
Karimah, sebutlah namanya. Gadis asal kota para wali yang
siang tadi wisuda itu sangat terkenal dengan kelembutannya. Bagaimana tidak
tutur katanya, nada suara, senyuman dan sikapnya penuh dengan kesantunan.
Hingga aku pun merasa telah jatuh cinta pada perangainya ketika kami berjumpa
pertama kali dalam sebuah kajian di akhir tahun 2012.
Aku yang saat itu mendapati ada kajian di balik hijab mesjid
sangat penasaran dengan ilmu yang diberikan sang pemateri lalu kudapati ada seorang
gadis yang sedang menyimak dibalik hijab. Kudekati dan kusapa dia hingga
akhirnya kami berkenalan kemudian aku bertanya-tanya tentang kajian yang
diikutinya lalu dia pun menjelaskan dengan penuh kesantunan. Sampai-sampai aku
berfikir bahwa inilah pertama kalinya mendapati perempuan seramah dan selembut
dia. MasyaAllah....
Hari-hari selanjutnya kamipun rutin bertemu seminggu sekali
sebagai mustami’i dalam kajian yang rutin diadakan hari ahad tersebut.
Semakin mengenal semakin tak diragukan ke-sholehahan
Karimah, sesuai dengan namanya diapun memiliki akhlak yang mulia. Bukan hanya
akhlak dan kesantunan diapun ternyata memilki prestasi luar biasa khususnya
hari ini yang mana Karimah bisa menjadi mahasiswa terbaik se-fakultasnya.
Padahal dia berkuliah di jurusan Internasional namun tak pernah sedikitpun
menunjukkan ke-aku’an dengan prodi yang dipilihnya apalagi sekarang dengan
prestasinya dia tetap saja merendah dan memuji Allah.
Di grup whatsapp pun ramai teman-teman mengucapkan
kebanggaan dan selamat serta memujinya atas predikat sebagai mahasiswa terbaik,
namun semuanya dia balikan dengan balasan doa kembali juga ia memohon agar
hatinya bisa terjaga.
Mari kita belajar dari Karimah tidak hanya dari sisi
kelembutan dan prestasi namun juga kesabarannya yang luar biasa. Betapa
MasyaAllah semenjaknya dia bergabung di pesantren 6 bulan yang lalu maka akupun
tahu kalau ternyata dia sering mengalami vertigo hingga sering sakit-sakitan
selama di asrama. Namun tak pernah sedikitpun ia mengeluhkan rasa sakitnya,
padahal aku tahu kalau vertigo itu sangat menyiksa.
Suatu hari ketika aku bertemu denganya di mesjid dan dia
dalam keadaan sakit dia hanya berkata “mohon do’anya ya teh semoga saya bisa
sabar dan semoga sakit ini bisa jadi penggugur dosa-dosa saya” dalam hati aku
hanya bisa menangis mendengarnya karena sebatas yang aku lihat dan sepanjang
perkenalan kami, dosa-nya sedikit. Dan betapa sabarnya sungguh luar biasa.
Tak hanya ujian dalam kesehatan, sabarnya pun telah terbukti
melalui kisah tidak jadinya dia menikah dengan seorang ikhwan. Sedikit kisah
cinta Karimah. Sebenarnya Karimah tak ingin jatuh cinta pada ikhwan itu
meskipun ada rasa kagum ia tetap sekuat tenaga menjaga dirinya untuk tidak berkaitan
dengan ikhwan yang juga ustadz tersebut. Namun tanpa diduga ibunda dan adik
sang ustad sangat menyukai Karimah dan sempat mengungkapkan padanya bahwa
mereka ingin agar Karimah menjadi bagian dari keluarganya. Tentulah Karimah
senang dengan kabar tersebut, tapi ia tak menujukkan perasaannya dengan
ekspresi berlebihan juga berusaha agar tidak berharap berlebihan.
Namun apa mau
dikata, ternyata mereka tidak berjodoh. Karena diluar dugaan ternyata sang
ustad telah memilki pilihan sendiri. Meski begitu Karimah pernah bercerita padaku
bahwa ia tak begitu kecewa atau bersedih akan kejadian itu karena ia sangat
yakin bahwa ini adalah rencana terbaik dari Allah.
Semenjak itulah aku pun selalu menjadikan ia tempat
konsultasiku mengenai kagum, cinta, dan pernikahan. Maka nasihat-nasihatnya
selalu menyejukkan hatiku. Seperti tentang memilih pasangan ia ingatkan bahwa
hidup hanya sebentar hanya sementara jadi tak perlu neko-neko dalam memilih
yang terpenting adalah mencari imam yang beraqidah lurus, berpengetahuan islam
yang cukup dan berakhlak baik.
***
Semoga Allah senantiasa menjagamu Karimah.aamiin...
HAPPY GRADUATION....
Elfatunnisa Faridah for #30DWC day's 15
0 komentar:
Posting Komentar