Hari guru memang telah berlalu tapi makna hari tersebut
masih harus terus digali. Sebagai seorang guru dan calon guru saya mencoba
bertanya pada diri?
“Sudah layakkah saya disebut sebagai guru?”...
Guru artinya digugu dan ditiru. Maka sudah selayaknya bila
seseorang guru dapat menjadi potret yang pantas untuk dicontoh atau diteladani
oleh murid atau masyarakat sekitarnya. Namun sayangnya kita melihat masih
banyak guru yang belum memahami tugas mulianya bahwa ia adalah pencetak
generasi bangsa dimasa yang akan datang. Termasuk saya sendiri yang masih belajar.
Apabila guru dibandingkan dengan seorang dokter dalam hal
tanggungjawab pekerjaannya sangatlah identik. Dokter membantu menyembuhkan
pasiennya, dan guru membantu siswa untuk memahami mata pelajaran. Akan tetapi,
apabila keduanya melakukan kesalahan dalam menangani pasiennya maka sangat
berbeda dampaknya. Semisal seorang dokter salah menyuntik kepada satu orang,
maka satu orang itulah yang akan mati atau sakit. Berbeda dengan guru, kalau ia
melakukan kesalahan mengajar dikelas yang siswanya lebih dari 20 orang, maka 20
orang lebih itu akan tersesat. Guru salah mengajar, maka hancurlah peradaban di
suatu bangsa. Untuk itu, menjadi guru jangan main-main.
Saya yang saat ini sedang melaksanakan Program Latihan
Profesi (PLP), dapat melihat sendiri dilapangan bahwa masih banyak kekurangan yang
mungkin tidak disadari oleh seorang guru. Misalnya saja di sekolah tempat saya
praktik saat ini masih banyak guru yang datang terlambat, guru suka pulang
duluan, guru yang membosankan dalam mengajar dan yang sangat disayangkan adalah
guru yang menonton film korea di depan murid-muridnya ketika jaga di ruang
piket.
Dalam proses PLP tersebut saya mencoba belajar bahwa betapa
penting seorang guru memiliki skill yang baik dalam mengajar juga sangat
pentingnya guru memiliki akhlak yang baik. Sangat perlu guru untuk mengikuti
pelatihan mengajar atau membaca buku-buku yang berkaitan dengan teknik
mengajar. Namun diluar hal itu sebaik-baiknya guru adalah yang mengajar dari
hati, yang tidak mengaharap pujian atau balas jasa. Yang menjadi guru bukan
hanya sebatas pekerjaan belaka, tapi benar-benar panggilan jiwa untuk ikut membangun
masa depan anak bangsa agar lebih maju dan berdaya.
Benarlah sebuah ungkapan bahwa kunci kesuksesan guru dalam
mengajar adalah “kemauan” untuk selalu belajar. Kemauan untuk membaca, mengkaji
dan menggali pengetahuan-pengetahuan baru yang sesuai dengan kebutuhan anak
didiknya. Apabila kita percaya bahwa tidak ada siswa yang bodoh dengan
kecerdasannya masing-masing, maka kita juga harus percaya bahwa tidak ada guru
yang tidak bisa mengajar. Hanya saja kenyataan yang terjadi adalah keengganan
guru untuk terus belajar dan bekerja dengan baik disebabkan oleh tidak adanya ‘KEMAUAN’
untuk maju.
Bagi siapapun yang sedang menjadi guru atau bercita-cita
menjadi guru maka luruskan niat dan teruslah belajar belajar untuk melakukan
yang terbaik. Menurut guru saya Aa Gym ada 3 hal penting yang harus dilakukan
seorang guru atau orangtua.
1. Memberi
Contoh/Teladan
2. Mendidik
3. Mendo’akan
Karena kita tidak akan bisa merubah prilaku
atau sikap oranglain juga tidak dapat menjadikan siswa pintar kecuali dengan
keteladanan, didikan dan do’a. Semoga Allah senantiasa membimbing dan
melayakkan kita untuk menjadi guru. Aamiin....
0 komentar:
Posting Komentar