Kamis, 01 Desember 2016 |

Sudah Layakkah Disebut Guru?...


Hari guru memang telah berlalu tapi makna hari tersebut masih harus terus digali. Sebagai seorang guru dan calon guru saya mencoba bertanya pada diri?

“Sudah layakkah saya disebut sebagai guru?”...

Guru artinya digugu dan ditiru. Maka sudah selayaknya bila seseorang guru dapat menjadi potret yang pantas untuk dicontoh atau diteladani oleh murid atau masyarakat sekitarnya. Namun sayangnya kita melihat masih banyak guru yang belum memahami tugas mulianya bahwa ia adalah pencetak generasi bangsa dimasa yang akan datang. Termasuk saya sendiri yang masih belajar.

Apabila guru dibandingkan dengan seorang dokter dalam hal tanggungjawab pekerjaannya sangatlah identik. Dokter membantu menyembuhkan pasiennya, dan guru membantu siswa untuk memahami mata pelajaran. Akan tetapi, apabila keduanya melakukan kesalahan dalam menangani pasiennya maka sangat berbeda dampaknya. Semisal seorang dokter salah menyuntik kepada satu orang, maka satu orang itulah yang akan mati atau sakit. Berbeda dengan guru, kalau ia melakukan kesalahan mengajar dikelas yang siswanya lebih dari 20 orang, maka 20 orang lebih itu akan tersesat. Guru salah mengajar, maka hancurlah peradaban di suatu bangsa. Untuk itu, menjadi guru jangan main-main.

Saya yang saat ini sedang melaksanakan Program Latihan Profesi (PLP), dapat melihat sendiri dilapangan bahwa masih banyak kekurangan yang mungkin tidak disadari oleh seorang guru. Misalnya saja di sekolah tempat saya praktik saat ini masih banyak guru yang datang terlambat, guru suka pulang duluan, guru yang membosankan dalam mengajar dan yang sangat disayangkan adalah guru yang menonton film korea di depan murid-muridnya ketika jaga di ruang piket.

Dalam proses PLP tersebut saya mencoba belajar bahwa betapa penting seorang guru memiliki skill yang baik dalam mengajar juga sangat pentingnya guru memiliki akhlak yang baik. Sangat perlu guru untuk mengikuti pelatihan mengajar atau membaca buku-buku yang berkaitan dengan teknik mengajar. Namun diluar hal itu sebaik-baiknya guru adalah yang mengajar dari hati, yang tidak mengaharap pujian atau balas jasa. Yang menjadi guru bukan hanya sebatas pekerjaan belaka, tapi benar-benar panggilan jiwa untuk ikut membangun masa depan anak bangsa agar lebih maju dan berdaya.

Benarlah sebuah ungkapan bahwa kunci kesuksesan guru dalam mengajar adalah “kemauan” untuk selalu belajar. Kemauan untuk membaca, mengkaji dan menggali pengetahuan-pengetahuan baru yang sesuai dengan kebutuhan anak didiknya. Apabila kita percaya bahwa tidak ada siswa yang bodoh dengan kecerdasannya masing-masing, maka kita juga harus percaya bahwa tidak ada guru yang tidak bisa mengajar. Hanya saja kenyataan yang terjadi adalah keengganan guru untuk terus belajar dan bekerja dengan baik disebabkan oleh tidak adanya ‘KEMAUAN’ untuk maju.

Bagi siapapun yang sedang menjadi guru atau bercita-cita menjadi guru maka luruskan niat dan teruslah belajar belajar untuk melakukan yang terbaik. Menurut guru saya Aa Gym ada 3 hal penting yang harus dilakukan seorang guru atau orangtua.
1. Memberi Contoh/Teladan
2. Mendidik
3. Mendo’akan

Karena kita tidak akan bisa merubah prilaku atau sikap oranglain juga tidak dapat menjadikan siswa pintar kecuali dengan keteladanan, didikan dan do’a. Semoga Allah senantiasa membimbing dan melayakkan kita untuk menjadi guru. Aamiin....

0 komentar:

Posting Komentar