Sabtu, 24 Desember 2016 |

Ukhti, Ajarkan Aku Menangis


“Sebenarnya saya sungkan harus terus-terusan menegur dan mengingatkan teman-teman, namun bagaimana lagi saya lebih takut jika kelak saya dihisab di akhirat mengenai amanah ini.” dengan nada menahan sedih Fidya mengungkapkan isi hatinya dalam agenda tasmi' (simakan hafalan Al-Quran) kemarin.

Ketika banyak aturan yang harus ditegakkan namun masih saja dilanggar oleh beberapa santri mahasiswa, seperti aturan tak boleh terlambat, tak boleh main HP, dan tak boleh mengerjakan tugas atau aktivitas lainnya sebelum tasmi' selesai. Jika sudah dilanggar maka gadis asal Sukabumi itulah yang diamanahi sebagai ketua divisi keamanan berkewajiban untuk memberikan iqob (hukuman) dan tentu itu adalah hal berat baginya, apalagi  Fidya yang bisa dikatakan masih santri baru.

Ketakutannya kepada Allah tidak hanya dalam hal mengatur santri saja, namun saya pun sering melihatnya menangis dalam munajat doa nya setiap selesai shalat berjamaah.

Bahkan pada suatu dini hari, tepatnya pukul dua pagi dalam agenda doa bersama dan qiyamulail yang menjadi kebiasaan santri tahfidz saya berkesempatan duduk berhadapan dengannya. Duduk berhadapan adalah salah satu cara yang digunakan tim keamanan agar santri tidak tidur ketika berdoa sehingga kami harus saling menepuk bahu atau kaki ketika ada teman yang di depannya terlihat mengantuk.

Doa yang diawali dengan kalimat toyyibah itu bergema di sepertiga malam terakhir, dan saya menatap Fidya yang duduk dihadapan begitu khusu’ berdoa dengan mata tertutup dan air mata mengalir, ia tenggelam dalam doa itu sementara sebagian besar ada yang tidak serius atau malah terkantuk-kantuk. Maka saya pun malu sendiri melihatnya.

Pernah pula saya duduk berdekatan dengannya dalam sebuah kajian tafsir Al-Quran dan kala itu ustadz menceritakan kisah orang yang benar-benar menjaga dan mengamalkan Al-Quran perbandingannya seperti satu orang berbanding satu kampung. Maka seketika dia menagis dan berucap “teh saya mah masih jauh dari ahlul Quran” lalu dia tertunduk dan menyeka air matanya.

***


Dear ukhtiku, ajarkan aku bisa menangis sepertimu, ajarkan aku untuk bisa menikmati kemesraan bersama Allah seperti halnya apa yang kamu rasakan!
Semoga aku bisa memiliki hati selembut hatimu.aamiin.





Elfatunnisa Faridah for #30DWC day 24

0 komentar:

Posting Komentar