“Dosa anak Adam yang paling banyak itu terdapat pada
lisannya” (Hadits Hasan, riwayat ath-Thabrani)
Membaca hadits tersebut mengingatkan diri sendiri akan
banyaknya dosa lisan ini, dan mengingatkanku pada seorang gadis, yang lisannya
senantiasa terjaga, atau sebut saja dia si gadis pendiam.
“Barangsiapa yang dapat menjamin untukku apa yang
berada di antara dua rahangnya (lisan) dan apa yang ada di antara dua kakinya
(kemaluan) maka aku akan menjamin baginya surga.” (muttaqun’alaih)
Entahlah aku selalu membayangkan betapa beruntungnya orang-orang
yang lisannya terjaga bahwa telah Allah jaminkan surga untuknya di akhirat
kelak.
Sedikit kisah tentang gadis pendiam yang aku kenal. Gadis
pendiam itu sangat istimewa, mungkin dia memang jarang berkomunikasi dengan
yang lain namun komunikasinya dengan sang Khalik tak pernah putus lewat
murojaah qur’an ataupun dzikir-dzikir nya.
Suatu kali ketika aku membaca buku mimpinya, betapa aku
terkesan dan malu sendiri mendapati setiap goresan-goresan tintanya seolah itu
adalah percakapan dia dengan Allah.
Selain itu, gadis pendiam itu senantiasa menikmati sepertiga
malamnya dengan qiyamulail 11 rakaat. Ketika yang lain masih terlelap ia bangun
jam 2 tepat, kemudian mandi dan selanjutnya berangkat ke mesjid pagi-pagi buta,
baginya menikmati sepertiga malam di rumah-Nya adalah lebih nikmat daripada
sekedar salat di asrama, maka ia pun yakin bahwa atas qiyamulail itulah Allah
telah berkenan mengundangnya ke baitullah tiga tahun yang lalu. Dan gadis
pendiam itu menguraikan mimpi-mimpinya di buku tersebut tentang semangat dakwah
dan semangat kuliah, meskipun harus berkuliah di tahun ketiga setelah kelulusan
SMAnya bukan suatu masalah, karena baginya menyelesaikan hafalan Quran sebelum
kuliah adalah suatu keniscayaan.
Dan kemarin setelah sekian lama aku tak mendengar kabar si
gadis pendiam, ternyata beliau mendapatkan keistimewaan lainnya yaitu bisa
mengikuti Mukhoyyam Al-Qur’an Nasional di Padang. Meskipun pendaftarannya telah
ditutup jauh-jauh hari, tapi atas kuasa Allah dia bisa menggantikan peserta
lain yang tidak jadi ikut. MasyaAllah... mungkin itulah keberuntungan orang-orang
saleh.
Salah seorang guruku pun pernah berpesan “kurangi bicara,
perbanyak zikir insyaAllah akan terbuka hikmah.” Sepertinya hal itu yang
telah dilakukan oleh sahabatku, gadis pendiam. Sehingga Allah meridhoi setiap
aktivitasnya karena dia tak suka menyakiti siapapun dengan lisannya, berkata
seperlunya bertingkah sewajarnya begitu pun berbusana selalu sederhana,
MasyaAllah...
Semoga Allah pun berkenan membimbing lisan-lisan kita sehingga
hanya berkata yang baik-baik dan yang diridhoi Allah saja. Aamiin...
[Elfatunnisa Faridah for #30DWC hari ke 22]
0 komentar:
Posting Komentar