Minggu, 06 Maret 2016 |

Menulislah, Agar Dicintai Allah...

 “Whats your hobby?... Why do you like it?...”

Ketika diajukan pertanyaan di atas maka aku katakan bahwa hobi ku adalah menulis, meski hanya sekedar penulis diary amatiran, namun dengan menulis aku bisa membebaskan beban-beban hatiku di kala gundah gulana ataupun sebagai pengungkap rasa suka citaku. Dengan kata lain menulis adalah salah satu caraku mencurahkan isi hati juga pikiran, dan dengan menulis aku pun dapat berbagi ilmu dan hikmah kepada banyak orang, membimbing dan mempengaruhi pembaca untuk mau berubah ke arah yang lebih baik.

“Since when you like it?”

Semuanya berawal ketika aku kelas satu SMP saat pertama kalinya kakak memberikan aku hadiah sebuah buku kumpulan cerpen remaja, maka saat itu seolah pertama kalinya aku mengenal dunia luar lewat tulisan. Sehingga muncullah hasratku untuk menjadi penulis. Namun seiring berjalannya waktu, hobi dan cita-citaku itu mulai kendor akibat kurangnya ilmu, kurangnya motivasi dan hadirnya amanah-amanah lain, diantaranya amanah organisasi juga amanah sebagai santri dan mahasiswa.

Maka alhamdulillah semenjak hadirnya #30DWC ini cita-citaku untuk jadi penulis seolah membara kembali dan aku sangat bersyukur diberikan kesempatan untuk bisa belajar dan mengenal orang-orang hebat di sini.

Selain itu hadir pula motivasi baru agar aku lebih bersungguh-sungguh dalam menulis, di antaranya : “Menulis untuk perbaikan Indonesia”, itulah yang aku tekadkan setelah aku membaca pengantar buku “AYAH” beberapa waktu yang lalu, buku itu merupakan rangkaian cerita kehidupan almarhum Hamka dalam pandangan sang anak.

Dari buku itu barulah aku tahu bahwa dari sejak dulu sampai sekarang yang jadi buruan para penjajah atau musuh-musuh keadilan itu adalah penulis. Penulis bisa menjadi penentu kemajuan dan kemunduran suatu bangsa, penulis bisa merubah pikiran seseorang bahkan pemikiran suatu bangsa, dan itu yang dulu ditakutkan PKI, para penjajah dan sejenisnya. Karena mereka paham betul bahwa tulisan adalah cat halus untuk membentuk suatu ideologis. Maka aku ingin menjadi penulis yang bisa menebarkan nilai-nilai islam dan kebaikan khususnya untuk bangsa ini.

Kemudian ketika aku ditantang untuk mengikuti #30DWC ini aku mulai merenung kembali, merenungi kemalasan-kemalasanku di masa lampau dalam menulis padahal sudah tahu jelas manfaatnya. Hingga akhirnya aku temukan tambahan motivasi baru bahwa aku HARUS MENULIS “agar dicintai Allah”. Kenapa agar dicintai Allah?...

Karena dengan tulisan kita bisa menyeru yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar atau bahasa lainnya berdakwah lewat tulisan. Bukankah Allah menyukai orang-orang yang berjuang dijalan-Nya, meskipun hanya dengan pena?...

Maka dalam challenge ini aku akan berusaha untuk menulis hal-hal yang bisa membuat pembaca semakin dekat dengan Allah, apakah itu rangkuman ceramah, renungan diri, kisah-kisah hikmah sebagai santri atau hal-hal lain yang berkaitan dengan khazanah Islam. Dan sebuah harapan besar agar beberapa bulan ke depan dapat tercipta sebuah buku “Catatan Hati Seorang Santri” ataupun dalam judul yang berbeda namun tetap berisi kehidupan para penghafal qur’an dan orang-orang yang aku temui di pesantren.

Raga ini kelak akan mati tapi tulisan akan tetap mengabadi. Aku boleh saja akan mati, lenyap di telan bumi tapi ketika aku meninggalkan sebuah karya tulisan, namaku bisa tetap terkenang. Suatu saat semoga bisa jadi kenyataan, semoga bisa tetap istiqomah dan bisa jadi amal saleh yang menolong ku di akhirat kelak. Aamiin...


#Keep writing, always inspiring !!!

[Elfatunnisa Faridah for #30DWC hari ke-21]

0 komentar:

Posting Komentar