“Whats your hobby?... Why do
you like it?...”
Ketika diajukan pertanyaan di atas maka aku katakan bahwa hobi ku
adalah menulis, meski hanya sekedar penulis diary amatiran, namun dengan
menulis aku bisa membebaskan beban-beban hatiku di kala gundah gulana ataupun sebagai
pengungkap rasa suka citaku. Dengan kata lain menulis adalah salah satu caraku
mencurahkan isi hati juga pikiran, dan dengan menulis aku pun dapat berbagi
ilmu dan hikmah kepada banyak orang, membimbing dan mempengaruhi pembaca untuk mau
berubah ke arah yang lebih baik.
“Since when you like it?”
Semuanya berawal ketika aku kelas satu SMP saat pertama kalinya
kakak memberikan aku hadiah sebuah buku kumpulan cerpen remaja, maka saat itu seolah
pertama kalinya aku mengenal dunia luar lewat tulisan. Sehingga muncullah
hasratku untuk menjadi penulis. Namun seiring berjalannya waktu, hobi dan
cita-citaku itu mulai kendor akibat kurangnya ilmu, kurangnya motivasi dan
hadirnya amanah-amanah lain, diantaranya amanah organisasi juga amanah sebagai santri
dan mahasiswa.
Maka alhamdulillah semenjak hadirnya #30DWC ini cita-citaku untuk
jadi penulis seolah membara kembali dan aku sangat bersyukur diberikan
kesempatan untuk bisa belajar dan mengenal orang-orang hebat di sini.
Selain itu hadir pula motivasi baru agar aku lebih bersungguh-sungguh
dalam menulis, di antaranya : “Menulis untuk perbaikan Indonesia”, itulah yang
aku tekadkan setelah aku membaca pengantar buku “AYAH” beberapa waktu yang
lalu, buku itu merupakan rangkaian cerita kehidupan almarhum Hamka dalam
pandangan sang anak.
Dari buku itu barulah aku tahu bahwa dari sejak dulu sampai
sekarang yang jadi buruan para penjajah atau musuh-musuh keadilan itu adalah
penulis. Penulis bisa menjadi penentu kemajuan dan kemunduran suatu bangsa,
penulis bisa merubah pikiran seseorang bahkan pemikiran suatu bangsa, dan itu
yang dulu ditakutkan PKI, para penjajah dan sejenisnya. Karena mereka paham
betul bahwa tulisan adalah cat halus untuk membentuk suatu ideologis. Maka aku ingin
menjadi penulis yang bisa menebarkan nilai-nilai islam dan kebaikan khususnya
untuk bangsa ini.
Kemudian ketika aku ditantang untuk mengikuti #30DWC ini aku mulai
merenung kembali, merenungi kemalasan-kemalasanku di masa lampau dalam menulis
padahal sudah tahu jelas manfaatnya. Hingga akhirnya aku temukan tambahan
motivasi baru bahwa aku HARUS MENULIS “agar dicintai Allah”. Kenapa agar
dicintai Allah?...
Karena dengan tulisan kita bisa menyeru yang ma’ruf dan mencegah
yang mungkar atau bahasa lainnya berdakwah lewat tulisan. Bukankah Allah
menyukai orang-orang yang berjuang dijalan-Nya, meskipun hanya dengan pena?...
Maka dalam challenge ini aku akan berusaha untuk menulis hal-hal
yang bisa membuat pembaca semakin dekat dengan Allah, apakah itu rangkuman
ceramah, renungan diri, kisah-kisah hikmah sebagai santri atau hal-hal lain
yang berkaitan dengan khazanah Islam. Dan sebuah harapan besar agar beberapa
bulan ke depan dapat tercipta sebuah buku “Catatan Hati Seorang Santri” ataupun
dalam judul yang berbeda namun tetap berisi kehidupan para penghafal qur’an dan
orang-orang yang aku temui di pesantren.
Raga ini kelak akan mati tapi tulisan akan tetap mengabadi. Aku boleh saja akan mati, lenyap di
telan bumi tapi ketika aku meninggalkan sebuah karya tulisan, namaku bisa tetap
terkenang. Suatu saat semoga bisa jadi kenyataan, semoga bisa tetap istiqomah dan bisa jadi
amal saleh yang menolong ku di akhirat kelak. Aamiin...
#Keep writing, always inspiring !!!
[Elfatunnisa Faridah for #30DWC hari ke-21]
[Elfatunnisa Faridah for #30DWC hari ke-21]
0 komentar:
Posting Komentar