Rabu, 13 April 2016 |

Bila Hati Rindu Menikah



Bismillahirrahmanirrahim...

“Barangsiapa senang terhadap sunnahku, maka hendaklah ia mengikuti sunnahku, dan sesungguhnya diantara sunnahku adalah menikah.” (HR. Al-Baihaqi)

Kata menikah selalu jadi topik menarik untuk pemuda pemudi usia 20’an ya mungkin memang inilah masanya. Mendengar curhatan kegalauan beberapa teman juga bisa jadi kegalauan diri sendiri, yang tentu manusiawi ketika terkesan ada sedikit kekhawatiran para akhwat mengenai siapa jodohnya atau mungkin para ikhwan juga demikian (hualah... nebak aja karena saya bukan ikhwan.he), karena memang jodoh adalah hal yang gaib (rahasia).
Lalu apa yang harus dilakukan ketika hati mulai ada keinginan untuk menikah? Berikut ini ada beberapa hal yang bisa dilakukan ketika keinginan itu mulai datang menyapa : (bersumber dari buku, kajian atau pengalaman yang saya dapat)
      
      1. Luruskan Niat
Ini adalah hal yang paling penting sebelum teman-teman memutuskan untuk menikah, mari tanya pada hati sudah benarkah niat ini? Mungkin harus dipahami juga tujuan dan manfaat dari menikah itu apa. “Siapa yang menikahi wanita dengan niat menjaga pandangan mata, memelihara kemaluan, dan menjalin tali silaturahmi, maka Allah akan memberkati pasangan suami istri tersebut.” (HR. Ath-Tabrani) semoga hadits di atas dapat menjadi salahsatu acuan untuk meluruskan niat sebelum membina rumah tangga.

2. Siapkan Ilmu dan Mental
Segala sesuatu akan menjadi baik jika kita tahu ilmunya, termasuk dalam rumah tangga adalah sangat penting seseorang yang telah terpikirkan untuk menikah agar mempelajari perihal rumah tangga, bisa dengan mengikuti Training pra-nikah, membaca buku misalnya buku psikologi suami-isteri, parenting Islamic, cara menjadi istri yang mempesona, buku kesehatan dan masih banyak lagi buku yang tentunya bisa jadi bekal untuk masa depan nanti. Kemudian cara lain untuk mendapatkan ilmu adalah dengan sharing pada orang yang berpengalaman apakah orang tua, guru, kakak, atau sahabat yang telah mengalami manis pahitnya pernikahan.
ilmu yang perlu ditekankan juga sebelum melangkah ke jenjang pernikahan adalah ilmu agama, yaitu aqidah, fiqh, muamalah dan sebaginya. Karena jika ilmu agamannya kuat insyaAllah setiap permasalahan keluarga akan mudah teratasi.
Selain ilmu yang mumpuni, jika hendak menikah kitapun harus memiliki kesiapan mental yang mantap, baik berupa kesiapan emosional ataupun kematangan sosial.

3. Persiapan Finansial
Meski bukan hal yang utama namun tetap saja hal ini tak bisa dikesampingkan, bahwa sebelum memutuskan untuk menikah tentu harus mempertimbangkan kemampuan finansialmu. Untuk pihak laki-laki selain PR mahar tentu harus diperhitungkan juga kedepannya mau menghidupi istri dengan apa jangan sekedar berubah status tapi masih bergantung pada orangtua. Nah kalau perempuan mah mungkin ada PR finansialnya untuk resepsi dan hal-hal lain yang berkaitan, meskipun  dalam hal ini lebih menjadi beban keluarga, maka alangkah lebih baiknya dikomunikasikan pada orangtua mengenai target nikahmu, agar orangtua pun bisa parepare jauh-jauh hari. Tak apa meski belum tahu siapa jodohmu tapi kalau sudah ada persiapan mah mungkin ketika si do’i datang bisa langsung disegerakan.hehe... Lebih keren kalau ternyata kamu sendiri yang bisa menanggung semua biayanya karena sudah mandiri dari sekarang. :-)
O ya mengenai tanggungan resepsi, sebenarnya berbeda-beda tiap daerah, ada yang dilimpahkan ke pengantin pria, ada yg sebaliknya, tapi ada juga yang setengah-setengah. Intinya nabung aja ya dari sekarang.hehe....

4. Maksimalkan ikhtiar Menjemput Jodoh
Nah untuk ikhtiar ini ada 2 ikhtiar yang harus dilakukan yaitu ikhtiar lahir dan ikhtiar batin. Apa aja yang termasuk ikhtiar lahir?....
a.       Tampil Menarik
Allah telah menjadikan dalam diri manusia fitrah mencintai keindahan, sehingga berpenampilan menarik adalah lebih disukai oleh kebanyakan orang. Namun tentu dalam hal ini kita pun harus memperhatikan aturan-aturan lain dalam hal penampilan ini, terkhusus untuk akhwat karena Allah-pun melarang untuk bertabarruj (berlebih-lebihan), mungkin sebagai referensi menarik ukhti-ukhti sholehah bisa baca bukunya Asma Nadia yang berjudul “Salon Kecantikan Muslimah – Jangan jadi Akhwat Nyebelin” dari sana setindaknya kita bisa tahu bagaimana merawat wajah, tubuh dan sebagainya yang tepat dalam koridor syariat.
b.      Minta tolong kepada Guru/Murabbi/Ustadzah/Teman yang Shaleh
Jika kamu memang sudah merasa siap maka tak ada salahnya untuk meminta tolong kepada orang yang kamu pandang punya pengaruh atau orang berilmu dan dapat dipercaya untuk menjadi perantaramu, tentu dengan mengungkapkan kriteria dan mempersiapkan proposal ta’aruf terlebih dahulu agar beliau bisa dengan mudah mencarikan seseorang yang pas untukmu. (Ingat kalau benar-benar siap, bukan setengah-setengah!)
c.       Tak ada salahnya Jika Kamu Menawarkan Diri
Hal ini sepertinya cukup berat dilakukan untuk seorang akhwat, namun ini bukanlah sesuatu yang dilarang, apalagi kalau kita yakin dia adalah seseorang yang saleh dan merasa pantas untuk jadi imam kita maka ungkapkanlah dengan cara yang benar dan elegan, maksudnya sesuai syariat, tetap terjaga dan tidak terkesan merendahkan diri. Dan jika melakukan hal ini tentu kita sudah siap dengan dua kemungkinan yaitu diterima atau ditolak. :-)
Ada sedikit yang harus diluruskan mengenai siroh/sejarah yang kita ketahui berkenaan apa yang dilakukan ibunda Khadijah, karena mayoritas tentu kita akan mengatakan bahwa hal ini dicontohkan oleh ibunda Khadijah ketika hendak menikah dengan Rasulullah saw, karena setelah saya kaji lebih dalam ternyata Khadijah tidaklah secara langsung menawarkan diri kepada Rasulullah saw tapi melalui perantara yaitu saudaranya Nafisah. Wallahu a’lam... 

Bentuk ikhtiar yang selanjutnya adalah ikhtiar batin yaitu DO’A, untuk hal ini saya yakin pasti semua juga sudah pada rutin ngamalin kan? apalagi buat yang udah ngebet.hehe...

Dalam sebuah hadits diungkapkan, ketika janin ada di perut ibunya telah ditetapkan untuknya atas 4 hal : rizkinya, ajalnya, amalnya, dan bahagia atau celakanya. Untuk rizki sehari-hari kita ikhtiar mencari, sedang jodoh adalah termasuk dalam rizqi. Jadi, jodoh perlu diikhtiarkan. Salahsatu jalan ikhtiar adalah meminta kepada Allah dengan berdo’a.
Kalau kata ustadzah Halimah mah jodoh itu tak perlu dicari atau dinanti tapi DIMINTA. Yaps, kencengin aja do’a nya minta yang terbaik sama Allah.

Salah satu do’a yang bisa diamalkan adalah do’anya Nabi Musa yang terdapat pada surah Al-Qasas ayat 24 : 
“Rabbi, inni lima anzalta ilayya min KHAIRIN faqiir..” artinya : “Duhai Rabbku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu KEBAIKAN yang Engkau turunkan kepadaku.”

Atau bisa juga dengan membaca doa dahsyat lainnya yang terdapat dalam surah Al-Furqon ayat 74 : “Rabbanaa hablanaa min azwajinaa wa dzurriyyatinaa kurrota a’yuni wwaj’al’lana lil muttaqinaa imaamaa.” Artinya : “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami) dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” Selamat mengamalkan yaa...

Sebagai penutup saya akan mengutip sebuah ayat 
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)... “(QS. An-Nuur : 26)

Jodoh kita adalah cerminan diri kita maka pantaskan diri untuk mendapatkan yang terbaik, yakini saja bahwa yang terjaga akan bertemu dengan yang terjaga. Jadikan masa penantianmu menjadi saat-saat engkau mendekat kepada Allah, saat-saat engkau belajar dan berprestasi, serta kesempatan untuk berbakti pada kedua orangtua. Hingga ketika waktunya tiba engkau telah benar-benar siap membangun keluarga. Karena jauh sebelum alam semesta dan manusia diciptakan Allah telah tuliskan di Lauhul Mahfuz Nya seseorang yang kelak menjadi pendamping kita (jika tidak di dunia, berarti di akhirat). Wallahu a’lam bishowwab... :-)

0 komentar:

Posting Komentar