Bismillahirrahmanirrahim...
“Barangsiapa senang terhadap sunnahku, maka hendaklah
ia mengikuti sunnahku, dan sesungguhnya diantara sunnahku adalah menikah.”
(HR. Al-Baihaqi)
Kata menikah selalu jadi topik menarik untuk pemuda pemudi
usia 20’an ya mungkin memang inilah masanya. Mendengar curhatan kegalauan
beberapa teman juga bisa jadi kegalauan diri sendiri, yang tentu manusiawi
ketika terkesan ada sedikit kekhawatiran para akhwat mengenai siapa jodohnya
atau mungkin para ikhwan juga demikian (hualah... nebak aja karena saya bukan
ikhwan.he), karena memang jodoh adalah hal yang gaib (rahasia).
Lalu apa yang harus dilakukan ketika hati mulai ada keinginan untuk menikah? Berikut ini ada beberapa hal yang bisa dilakukan ketika keinginan itu mulai datang menyapa : (bersumber dari buku, kajian atau pengalaman yang saya dapat)
Lalu apa yang harus dilakukan ketika hati mulai ada keinginan untuk menikah? Berikut ini ada beberapa hal yang bisa dilakukan ketika keinginan itu mulai datang menyapa : (bersumber dari buku, kajian atau pengalaman yang saya dapat)
1. Luruskan Niat
Ini adalah hal yang paling penting sebelum
teman-teman memutuskan untuk menikah, mari tanya pada hati sudah benarkah niat
ini? Mungkin harus dipahami juga tujuan dan manfaat dari menikah itu apa. “Siapa
yang menikahi wanita dengan niat menjaga pandangan mata, memelihara kemaluan,
dan menjalin tali silaturahmi, maka Allah akan memberkati pasangan suami istri
tersebut.” (HR. Ath-Tabrani) semoga hadits di atas dapat menjadi salahsatu
acuan untuk meluruskan niat sebelum membina rumah tangga.
2. Siapkan Ilmu dan
Mental
Segala sesuatu akan menjadi baik jika kita
tahu ilmunya, termasuk dalam rumah tangga adalah sangat penting seseorang yang
telah terpikirkan untuk menikah agar mempelajari perihal rumah tangga, bisa
dengan mengikuti Training pra-nikah, membaca buku misalnya buku psikologi
suami-isteri, parenting Islamic, cara menjadi istri yang mempesona, buku
kesehatan dan masih banyak lagi buku yang tentunya bisa jadi bekal untuk masa
depan nanti. Kemudian cara lain untuk mendapatkan ilmu adalah dengan sharing
pada orang yang berpengalaman apakah orang tua, guru, kakak, atau sahabat yang
telah mengalami manis pahitnya pernikahan.
ilmu yang perlu ditekankan juga sebelum
melangkah ke jenjang pernikahan adalah ilmu agama, yaitu aqidah, fiqh, muamalah
dan sebaginya. Karena jika ilmu agamannya kuat insyaAllah setiap permasalahan
keluarga akan mudah teratasi.
Selain ilmu yang mumpuni, jika hendak
menikah kitapun harus memiliki kesiapan mental yang mantap, baik berupa
kesiapan emosional ataupun kematangan sosial.
3. Persiapan Finansial
Meski bukan hal yang utama namun tetap saja
hal ini tak bisa dikesampingkan, bahwa sebelum memutuskan untuk menikah tentu
harus mempertimbangkan kemampuan finansialmu. Untuk pihak laki-laki selain PR
mahar tentu harus diperhitungkan juga kedepannya mau menghidupi istri dengan
apa jangan sekedar berubah status tapi masih bergantung pada orangtua. Nah
kalau perempuan mah mungkin ada PR finansialnya untuk resepsi dan hal-hal lain
yang berkaitan, meskipun dalam hal ini lebih
menjadi beban keluarga, maka alangkah lebih baiknya dikomunikasikan pada
orangtua mengenai target nikahmu, agar orangtua pun bisa parepare jauh-jauh
hari. Tak apa meski belum tahu siapa jodohmu tapi kalau sudah ada persiapan mah
mungkin ketika si do’i datang bisa langsung disegerakan.hehe... Lebih keren
kalau ternyata kamu sendiri yang bisa menanggung semua biayanya karena sudah
mandiri dari sekarang. :-)
O ya mengenai tanggungan resepsi, sebenarnya
berbeda-beda tiap daerah, ada yang dilimpahkan ke pengantin pria, ada yg
sebaliknya, tapi ada juga yang setengah-setengah. Intinya nabung aja ya dari
sekarang.hehe....
4. Maksimalkan ikhtiar
Menjemput Jodoh
Nah untuk ikhtiar ini ada 2 ikhtiar yang
harus dilakukan yaitu ikhtiar lahir dan ikhtiar batin. Apa aja yang termasuk
ikhtiar lahir?....
a.
Tampil Menarik
Allah telah menjadikan dalam diri manusia fitrah mencintai keindahan,
sehingga berpenampilan menarik adalah lebih disukai oleh kebanyakan orang.
Namun tentu dalam hal ini kita pun harus memperhatikan aturan-aturan lain dalam
hal penampilan ini, terkhusus untuk akhwat karena Allah-pun
melarang untuk bertabarruj (berlebih-lebihan), mungkin sebagai referensi
menarik ukhti-ukhti sholehah bisa baca bukunya Asma Nadia yang berjudul “Salon
Kecantikan Muslimah – Jangan jadi Akhwat Nyebelin” dari sana setindaknya kita
bisa tahu bagaimana merawat wajah, tubuh dan sebagainya yang tepat dalam
koridor syariat.
b.
Minta tolong kepada
Guru/Murabbi/Ustadzah/Teman yang Shaleh
Jika kamu memang sudah merasa siap maka tak ada salahnya untuk meminta
tolong kepada orang yang kamu pandang punya pengaruh atau orang berilmu dan
dapat dipercaya untuk menjadi perantaramu, tentu dengan mengungkapkan kriteria
dan mempersiapkan proposal ta’aruf terlebih dahulu agar beliau bisa dengan
mudah mencarikan seseorang yang pas untukmu. (Ingat kalau benar-benar siap,
bukan setengah-setengah!)
c.
Tak ada salahnya Jika
Kamu Menawarkan Diri
Hal ini sepertinya cukup berat dilakukan untuk seorang akhwat, namun ini
bukanlah sesuatu yang dilarang, apalagi kalau kita yakin dia adalah seseorang
yang saleh dan merasa pantas untuk jadi imam kita maka ungkapkanlah dengan cara
yang benar dan elegan, maksudnya sesuai syariat, tetap terjaga dan tidak
terkesan merendahkan diri. Dan jika melakukan hal ini tentu kita sudah siap
dengan dua kemungkinan yaitu diterima atau ditolak. :-)
Ada
sedikit yang harus diluruskan mengenai siroh/sejarah yang kita ketahui
berkenaan apa yang dilakukan ibunda Khadijah, karena mayoritas tentu kita akan
mengatakan bahwa hal ini dicontohkan oleh ibunda Khadijah ketika hendak menikah
dengan Rasulullah saw, karena setelah saya kaji lebih dalam ternyata
Khadijah tidaklah secara langsung menawarkan diri kepada Rasulullah saw tapi
melalui perantara yaitu saudaranya Nafisah. Wallahu a’lam...
Dalam sebuah hadits diungkapkan, ketika janin ada di perut ibunya telah ditetapkan untuknya atas 4 hal : rizkinya, ajalnya, amalnya, dan bahagia atau celakanya. Untuk rizki sehari-hari kita ikhtiar mencari, sedang jodoh adalah termasuk dalam rizqi. Jadi, jodoh perlu diikhtiarkan. Salahsatu jalan ikhtiar adalah meminta kepada Allah dengan berdo’a.
Kalau kata ustadzah Halimah mah jodoh itu tak perlu dicari atau dinanti tapi DIMINTA. Yaps, kencengin aja do’a nya minta yang terbaik sama Allah.
Salah satu do’a yang bisa diamalkan adalah do’anya Nabi Musa yang terdapat pada surah Al-Qasas ayat 24 :
“Rabbi, inni lima anzalta ilayya min KHAIRIN faqiir..” artinya : “Duhai Rabbku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu KEBAIKAN yang Engkau turunkan kepadaku.”
Atau bisa juga dengan membaca doa dahsyat lainnya yang terdapat dalam surah Al-Furqon ayat 74 : “Rabbanaa hablanaa min azwajinaa wa dzurriyyatinaa kurrota a’yuni wwaj’al’lana lil muttaqinaa imaamaa.” Artinya : “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami) dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” Selamat mengamalkan yaa...
Sebagai penutup saya akan mengutip sebuah ayat
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)... “(QS. An-Nuur : 26)
Jodoh kita adalah cerminan diri kita maka pantaskan diri untuk mendapatkan yang terbaik, yakini saja bahwa yang terjaga akan bertemu dengan yang terjaga. Jadikan masa penantianmu menjadi saat-saat engkau mendekat kepada Allah, saat-saat engkau belajar dan berprestasi, serta kesempatan untuk berbakti pada kedua orangtua. Hingga ketika waktunya tiba engkau telah benar-benar siap membangun keluarga. Karena jauh sebelum alam semesta dan manusia diciptakan Allah telah tuliskan di Lauhul Mahfuz Nya seseorang yang kelak menjadi pendamping kita (jika tidak di dunia, berarti di akhirat). Wallahu a’lam bishowwab... :-)
0 komentar:
Posting Komentar