Rabu, 16 Juli 2014 |

Istri ke-...???

Siang ini alhamdulillah ada tumpangan gratis dari Bunda salahsatu santri yang sudah menikah yang tinggal bersamaku di asrama yang baru. Jarak dari asrama ke mesjid memang cukup jauh kalau jalan kaki bisa memakan waktu 30-45 menit.

"Ayo akhwat ada yang mau ke mesjid (untuk ikut kajian)? insyaAllah saya mau dijemput suami 10 menit lagi." teriak Ambu ke sekeliling asrama.
dan aku yang memang sudah berniat ke mesjid lansung menjawab "Hani ikut Bun". Kemudian salahseorang teman bertanya "naik apa?"..... "naik sepeda"jawab Ambu sambil ketawa. dan aku yang ada disampingnya langsung bicara "ya pasti naik mobillah teh masa kita boncengan berempat pake motor/sepeda, sama suaminya lagi.hehhe...."

Beberapa saat kemudian salahsatu yang santri yang berada dilantai 1, berteriak "Akhwat jemputannya sudah datang". dilanjut dengan suara Ambu memanggil satu-satu nama teman-teman yang akan ikut. Maka seketika aku dan temanku yang tadi langsung menjawab "ia sebentar, ini kita lagi persiapan".

Hingga akhirnya kami keluar pintu asrama sementara Bunda sudah masuk mobil duduk disamping suaminya. Kemudian sambil aku merapihkan barang bawaanku aku nitip dibawain sepatu oleh temanku, sepatu kami terdapat pada rak di garasi mobil.

Sebelum keluar gerbang aku cek lagi barang bawaanku, alhamdulillah lengkap dan insyaAllah tidak ada yang tertinggal. Kemudian aku dan temanku lansung naik ke mobil Honda hitam yang tepat parkir di depan gerbang.

"Segini aja yang ikut?"suara seorang ikhwan yang suaranya seperti tak asing ku dengar.
"Iya" jawab kami. Maka yang ikut akhirnya hanya dua orang. "sudah berapa juz hafalannya?" suami bunda kembali bertanya. "Alhamdulillah, masuk juz 16"jawabku. "kalau Umi sudah berapa?"candanya kepada istrinya. "ya berproses bi"jawabnya sambil tersenyum.
"kalau teh Hani sudah berapa tahun disini"tanya istrinya padaku. "1,5 tahun."jawabku. "tuh kan bi, kalau umi mah kan baru sebulan nyantrennya juga, jadi wajar kalau masih sedikit". timpal Bunda kepada suaminya.

Sepanjang perjalanan aku mencoba menerka-nerka siapakah laki-laki yang ada di depanku ini? perawakannya seperti sering aku lihat, kucoba intip-intp wajahnya dari kaca spion yang di depan tapi tak berhasil dan akupun tak berani, malu. Hingga akhirnya beliau membuka kaca mobil ketika hendak memberikan uang pada orang yang memandu belok di tikungan. Hingga terlihatlah wajahnya dari kaca spion yang diluar. "hah kok aku seperti kenal wajah itu?"ucapku dalam hati.

Setelah sampai dan kami turun, aku kemudian bertanya ik