Sabtu, 05 Oktober 2013 |

Kisah Hidupnya

Ini adalah sebuah kisah nyata yang aku dengar langsung dari orang yang merasakan dan mengalami, bahwasanya episode kehidupan ini tak selalu mudah dan menyenangkan.

Inisial namanya adalah N F baru sebulan yang lalu aku mengenalnya, tepatnya sejak asramaku kedatangan para santri baru dan dia adalah teman sekamarku. Pertama melihatnya dia seperti orang yang lebih dewasa dariku namun nyatanya dia dua tahun lebih muda. Tak pernah terlihat wajah kesedihan, hanya saja yang pernah kulihat wajah cape, kesal dan bingung ketika memang dia harus menjalankan tuntutan-tuntutan ospek dikampusnya. Terkadang kamar kamipun jadi ramai karenanya, misalnya ketika barang-barangnya tergeletak begitu saja tidak pada tempatnya hingga ketua kamarpun memarahinya, atau saat dia pusing harus memakai baju/tas mana untuk ke kampus karena baju dan barang-barang lainnya sebagian masih belum sesuai dengan aturan santri. Misalnya saat bajunya kependekan atau terlalu ketat hingga bentuk tubuhnya terlihat maka sontak kami para seniornya yang saat itu ada dikamar langsung menyarankan dia untuk ganti baju. Dia yang tak ada lagi bajupun kebingungan dan malah sampai mau nangis karena waktu kuliahnya sudah sebentar lagi hingga akhirnya salahsatu dari senior meminjamkan baju padanya.

Lalu selesainya kejadian riweuh karena tak ada bajub itu dan setelah N F berangkat kuliah barulah kami diberitahu oleh yang meminjamkan baju padanya bahwa ibunya telah tiada sejak dia kecil. Kemudian sekitar tiga hari yang lalu saat aku sedang menyetrika dan dia sedang membereskan lemari meminta pendapat padaku "teh N F lebih baik beli Tab atau beli laptop, coz ayah katanya mau beliin NF tab?" maka akupun menyarankan padanya untuk membeli laptop saja karena HPnya pun menurutku sudah mewakili seperti halnya sebuah tab (kebetulan HPnya Samsung) kalau laptop kan bisa membantunya menyelesaikan tugas-tugas kuliah. "O iya deh kalau gitu mau tuker tambah laptop yang sudah ada saja"sambungnya. Setelah itu aku bertanya tentang pekerjaan ayahnya, hingga panjanglah kisah yang ia ceritkan.

Dia dilahirkan dinegara Arab Saudi saat kedua orangtuanya bekerja disana, kemudian saat ia berusia 3 tahun ia pulang ke Indonesia untuk dibesarkan disini lalu saat usianya 5 tahun ibunyapun pulang ke tanah air karena sakit parah hingga akhirnya ibunya meninggal. Dan dia yang masih kecil tidak tahu apa-apa pun hanya bisa menangis ungkapnya ketika sang ibu tiada. Kala itu diapun amat sedih karena saat ibunya meninggal hingga beberapa tahun setelahnya ayahnya tak kunjung pulang, maka karena itulah dia merasa benci pada ayahnya bahkan mungkin sampai sekarang.

Kisah sedihnya masih berlanjut saat sang ayah menikah lagi dengan wanita yang dua puluh tahun lebih muda, namun ia tak menyukainya begitupun ibu tirinya tidak bisa bersahabat dengannya, sampai pernah suatu hari dia mau dibunuh oleh ibu tirinya tersebut, karena ibunya merasa dia telah mencuri perhatian sang ayah maka setelah itupun dia diungsikan ke rumah bibinya di Sukabumi. Dia ungkapkan bahwa ibu tirinya selalu menghasut sang ayah dengan mengatakan hal-hal yang buruk tentang dirinya, bahkan saat sekarang sang ayah dan ibu tirinya tinggal di Arab pun ibunya suka melarang sang ayah untuk menghubunginya.

Dari sana aku mencoba memahami bahwa sebenarnya sang ayah sangat menyayanginya karena meskipun beliau jauh sang ayah selalu saja berusaha agar setiap hari bisa menghubunginya, serta segala  apa yang diinginkan anaknyapun semua diberikan hanya saja sebuah kebersamaan yang sepertinya tak ada. :'(

Menginjak usia SMA dia-pun dimasukkan ke pondok Dar El-Qalam yang ada di Tanggerang mungkin supaya dia bisa menjadi orang yang lebih baik dan bisa belajar mandiri karena tidak lagi tinggal dengan paman dan bibinya. Hingga akhirnya sekarang dia telah resmi menjadi mahasiswa Universitas Pasundan dan juga santi tahfidz Daarut Tauhiid. Semoga disinilah di Daarut Tauhiid menjadi tempat terbaiknya, tempat untuk benar-benar mengenal Tuhannya, tempat mengenal saudara-saudara perindu syurga, dan tempatnya membina diri agar menjadi ahlul qur'an. Aku yakin disini dia akan menjadi kuat karena kamipun belajar tentang ilmu hati bgaimana untuk tegar, disiplin, juga peduli.

Sungguh dari kisah hidupnya itu aku mendapatkan pelajaran dan hikmah yang luar biasa betapa diri ini  harus benar-benar bersyukur karena ayah ibuku juga keluragaku semuanya lengkap dan akupun beruntung karena memiliki keluarga yang benar-benar saling menyayangi. Dan jika aku diposisinya aku tak pernah tahu apakah aku akan setegar dia. Allah memang luar biasa, setiap takdirnya pasti baik itulah yang aku ungkapkan padanya, sedikit-sedikit aku mencoba untuk menjadi kakaknya yang paham akan keadaannya juga bisa membantu atau menasehati ketika dia membutuhkan bantuan. Semoga Allah senantiasa membimbingku agar bisa menunjukinya jalan yang benar. Aamiin... Besar harapanku agar keadaan keluarganya (hubungan ia dan ayahnya juga ibu tirinya bisa baik) semoga saja.

0 komentar:

Posting Komentar